Fastening system adalah aplikasi menumpukan suatu material ke suatu media dengan menggunakan angkur (anchoring system).
Material yang ditumpukan biasanya berupa baja profil (steel), braket (steel-bracket), kayu (wood), dll.
Media yang dimaksud umumnya adalah beton (concrete), dinding bata (solid-bricks), bata ringan (aerated-concrete) dan batu alam (stone)
Fastening-system ini sudah sangat banyak diaplikasikan di bangunan gedung tinggi (highrise-building), infrastruktur seperti jembatan (bridge), terowongan (tunnel), jembatan penghubung antar gedung (sky-bridge), dll.
Di highrise building sendiri terdapat banyak aplikasi yang menggunakan fastening-system, spt:
- Balok baja (steel-beam)
- Kanopi (canopy)
- Tumpuan braket facade precast
- Tumpuan braket facade curtainwall
- Angkur untuk gantungan pipa, cable-tray, ducting dll
- Angkur untuk dudukan AC
- dll
Fastening-system terdiri dari 2 sistem, yaitu :
1. Angkur mekanikal (mechanical anchor)
2. Angkur Kemikal (chemical anchor)
Mechanical-anchor (tanpa menggunakan adhesive/resin/chemical)
Sistem mekanikal angkur biasa juga disebut dengan angkur dinabol.
Cara kerja sistem angkur ini kekuatan angkurnya pada beton akan ditahan oleh gesekan/friksi yg terjadi antara angkur dengan beton.
Mechanical-anchor terdiri dari 2 tipe :
a. Friksi (friction)
Tipe friction ini ketahanannya timbul dengan adanya gesekan/friksi yang terjadi setelah mur (nut) dikencangkan. Kekencangan mur tersebut disesuaikan dengan spesifikasi masing-masing material angkur.
b. Penguncian (Keying/undercut)
Tipe undercut ini hampir mirip dengan angkur tanam (cast-in anchor).
Dimana pada bagian ujungnya mengembang (expanding).
Chemical anchor
Kemikal angkur adalah sistem angkur yang menggunakan zat kimia (adhesive/resin) sebagai bahan untuk melekatkan angkur ke beton.
Semua bahan kimia ini mengandung epoksi (epoxy) sebagai bahan utama. Bahan kimia memiliki nama yang berbeda-beda sesuai dengan bentuk ikatan kimia yang membentuknya. Kandungan epoksinya juga berbeda-beda untuk masing-masing tipe.
Beberapa jenis adhesive yang banyak digunakan yaitu : epoxy mortar, polyester, urethane-methacrylate, epoxy acrylate, vinylester, methacrylic-acid, dll.
Kandungan kadar epoxy yang berbeda akan berpengaruh pada daya lekat antara angkur dengan beton.
Perbedaan viskositas dari masing-masing tipe yaitu:
Kekuatan lekatan dari adhesive anchor ini disebut dengan kapasitas lekatan (bond strength). Epoxy mortar memiliki kandungan epoksi paling tinggi yaitu sebesar 15 N/mm2 (ASTM C 882-91). Epoxy mortar juga memiliki kapasitas tekan (compressive strength) yang sangat tinggi yaitu 120 N/mm2 (ASTM D 695-96). Kapasitas tari (yield strength) dari material ini sebesar 51 N/mm2, setara dengan besi tulangan yang digunakan pada konstruksi beton bertulang.
Chemical anchor berbahan epoxy mortar memiliki kelebihan untuk aplikasi yang terendam air. Sehingga banyak digunakan pada struktur bagian bawah (basement). Biasanya pada tahap ini di area basement masih mengeluarkan air tanah terutama di bagian dinding penahan (retaining-wall).
Jenis material ini juga sangat baik diaplikasikan apabila lubangnya dibuat dengan mesin koring (coring-machine). Seperti kita ketahui bahwa lubang yang dibuat dengan mesin koring, dinding permukaan lubang berbeda dengan yang dikerjakan dengan mesin bor. Apabila dinding permukaan lubang dengan mesin bor memiliki permukaan yang kasar (rough), maka dinding permukaan lubang yang dikerjakan dengan mesin koring memiliki permukaan yang halus/licin (smooth). Jenis material adhesive selain epoxy mortar tidak direkomendasikan untuk aplikasi lubang yang menggunakan mesin koring.